Mengikuti pengumuman UN tahun ini dirasa berbeda kondisinya.
Hari ini, Jum'at 15 Mei 2015 adalah hari pengumuman hasil UN tingkat SMA/MA/SMK/Sederajat. Setiap tahun para siswa dibuat 'dag dig dug' saat-saat menunggu hasil ujian mereka. Harap-harap cemas sudah menjadi lagu rutin setiap menunggu hasil ujian nasional setiap tahun. Namun tahun ini dirasa berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
Kegiatan Belajar Mengajar di setiap sekolah atau madrasah pasti suasananya berbeda. Berbagai faktor tentu menjadi penentu perbedaan kondisi itu. Kondisi fisik sekolah atau madrasah, siswa-siswinya, guru-gurunya, pihak-pihak terkait dengan penyelenggaraan KBM di sekolah, dan faktor terkait lainnya.
Pelaksanaan UN tahun 2015 ini memang sudah dirasakan suasana berbedanya. Yang paling menonjol, faktor pembuat suasana berbeda, adalah 'hasil UN tahun 2015 ini TIDAK MENJADI PENENTU KELULUSAN' bagi para pesertanya. Meskipun standar minimal masih tetap diberlakukan seperti tahun-tahun sebelumnya.
Keberpihakan sekolah atau madrasah juga masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Pengolahan nilai dengan memberikan prosentase 70 % untuk hasil ujian sekolah dan 30 % untuk hasil ujian nasional, juga relatif sama dengan tahun kemarin.
Apa yang membuat suasana menunggu hasil ujian kali ini dirasa berbeda? Jika ditanyakan kepada para siswa dan orang tua atau wali, mereka akan menjawab;"UN kali ini bukan penentu lulus atau tidak lulus. Hanya 'penentu kategori' hasil nilai ujian nasional. Kategori sempurna, sangat baik, baik, cukup, kurang atau sangat kurang. Jika baik, sangat baik atau sempurna, maka mereka bisa diterima di jenjang yang lebih tinggi. Hal sebaliknya jika mendapatkan nilai kurang apalagi sangat kurang. Untuk kategori cukup, kedengarannya 'masih bisa diterima di perguruan tinggi'.
Meskipun demikian, para siswa yang dinyatakan berkategori baik -ke atas-, tidak bisa menutupi rasa gembiranya. Loncat-loncat dengan teriakan, bahkan tangisan sebagian kecil dari mereka yang mengekspresikannya. Mungkin ini 'hikmah' UN tahun ini. Konvoy di jalanan juga tahun ini di wilayah Cimanggu relatif sedikit bahkan tidak ada jika ditilik dari 3 sekolah yang ada, yaitu MA Ma'arif NU di Cikarag, SMK Muhammadiyah di Cimanggu dan SMA Raden Fatah di Genteng. Kalaupun ada, mereka ternyata rombongan konvoy dari sekolah yang ada di wilayah kecamatan lain.
Sebagian kecil masih ada yang melakukan aksi coret-coret dan sobek-sobek baju, pilok di rambut atau baju, bermotor sambil berdiri tanpa helm. Yang demikian semestinya tidak harus dilaksanakan oleh mereka. Segembira apa pun mereka, percuma jika hasil yang diperoleh adalah 'hasil contekan'. Ini tidak mencerminkan kemampuan pribadi dan hasil belajar secara objektif. Demikian kata seorang penonton konvoy yang ditemui.
Dan akhirnya tetap ucapan selamat saya sampaikan buat pelajar-pelajar yang berkatagori baik apalagi sangat baik. Bagi yang masih kurang, jangan patah arang ya brouw. Belajar dan belajar lagi. Semangat !