UJIAN NASIONAL TINGKAT SMA/MA/SEDERAJAT 'GEGERAN DAN KACAU'
Sungguh mengenaskan Pendidikan Nasional kita. Sudah menggunakan anggaran yang 'sangat tidak sedikit', eh 'distribusi soal' mengalami kemacetan sehingga terjadi 'penundaan pelaksanaan UN SMA/MA/SEDERAJAT dimana-mana.Tambahan pula, bagi yang sudah menerima soal-soal UN, walah,..'tertukar antara amplop lembar soal dengan paket mapel soal didalamnya. Di amplop soal tertulis 'Bahasa Indonesia', eh 'ketika sudah dibagikan pada peserta UN, para peserta atau siswa 'nyeletuk', "Maaf Bapak/Ibu Pengawas, lembar soalnya tertukar!. Harusnya sekarang Mapel Bahasa Indonesia. Tapi ini soal Bahasa Inggris."
"Huuuuu,...." para siswa spontan teriak, dan ruang Ujian Nasional pun gaduh. Ala mak,,...!!!
Betapa usaha mereka mempersiapkan menghadapi UN terasa diobrak abrik oleh kenyataan 'kacaunya distribusi, tertukar lembar soal, dll' dalam pelaksanaan UN 2013 ini.
Gambar disebelah hanya satu dari sekian ribu gambar dari bagaimana para siswa mempersiapkan diri untuk 'bertarung dengan soal-soal UN 2013 ini'. Mereka sudah datang di sekolah mereka -lihat gambar- pada jam 06.00 untuk mengikuti 'jam nol-nol' yang dipersiapkan oleh sekolah mereka demi maksimalnya hasil kelulusan UN 2013.
Mereka berangkat dari rumah satu jam sebelumnya atau bahkan lebih bagi yang jarak tempat tinggalnya jauh dari sekolah mereka.
Mereka banyak yang belum sempat 'sarapan pagi' di rumahnya. Sekolah -lihat gambar- ini bukan sekolah yang ada di kota besar. Sekolah yang berada dilingkungan masyarakat dengan tingkat ekonomi 'menengah ke bawah'.
Berita-berita tentang 'kacaunya UN 2013, bisa sobat ikuti pada alamat-alamat di bawah ini;
http://lipsus.kompas.com/topikpilihanlist/2142/Ujian.Nasional.2013
http://www.antarasumbar.com/
http://news.okezone.com/
http://www.suaramerdeka.com
Dan masih banyak sumber-sumber lainnya sob, bisa sobat nyari sendiri dech di mbah gugel -google-.
Kapan ya pendidikan di Indonesia TIDAK HANYA MENGEDEPANKAN PRESTISIUS SEKOLAH SAJA DENGAN BIAYA SEABREK-ABREK (meski sudah diberi BOS,..Hmmm) yang ujungnya selembar ijasah atau sertifikat kelulusan?! Bagaimana dengan nasib 'para dhu'afa yang sangat menginginkan anak-anaknya' mendapatkan pendidikan -formal- yang layak?! Bagaimana dengan 'para pendekar otodidak' yang dengan semangatnya MENUNJUKAN SKIL DAN KEMAMPUANNYA TAPI TIDAK MILIKI LEMBARAN IJASAH?! Dst, dst...
Sepertinya pemerintah betul-betul dituntut kerja kerasnya untuk membenahi itu semua. Jangan hanya anak didik yang disalahkan dengan hasil jelek mereka, tapi koreksi dan introspeksi dulu para penyelenggaranya.
Semoga UN berikutnya tidak 'kacau dan gegeran' lagi. Amin.